Dan untuk Guru, Anton Husni , katya Muhammad Akbar IX A
Embun pagi menabrak diri,
dan angin yang halus menghampiri.
Dan walau juga tak selalu embun pagi dan angin yang membuat tertidur.
Tetapi juga panasnya sinar matahari dan lelahnya hasil mengejar daripada tanggung jawab sendiri.
Hal inilah yang beliau selalu alami.
Dan dengan keadaan yang menimpa tetap meluangkan waktu hanya sekedar tanya dan memberi jawaban.
Selalu membimbing dengan jawaban dan arahan yang pas nan masuk di akal.
Kukira dirimu hanya menahan nya demi anak didikmu.
Tapi ternyata, memang itu jati dirimu.
Mulia lagi baik hatinya.
Mula terhormat juga ada pada dirinya.
Dan ujian besar menimpanya.
Kukira ia tak pernah lagi tersenyum penuh dari hatinya,
tak pernah memberi waktu karena lelahnya.
Tapi nyatanya, ia masih menyapaku walau sekedar menemuiku dijalan.
Bahkan beliau sampai menepuk punggungku,
menandakan kasih sayang dan perhatian yang masih ia berikan.
Dan senyumannya masih sama seperti dulu,
waktunya masih sempat seperti dulu.
Mana kala kukira kau akan terbenam hilang seperti koin emas yang tenggelam,
namun ternyata justru kau tetap menggembirakan seperti sebuah harta karun yang ditemukan. T
erimakasih dari yang paling dalam,
semoga Allah selalu menjaga dan mengampuni guru – guru ku.