Sunur & Pengajian Semarakkan Hari Jadi Sleman Yang Ke 103

sunur n habSleman,-(MTsN 9 Sleman). Dalam rangka turut menyemarakkan peringatan hari jadi Sleman yang ke 103 MTsN 9 Sleman mengadakan serangkaian kegiatan mulai dari Upacara, Pengajian Orang Tua /Wali siswa, hingga SUNUR (Sungkeman dan janur). Kegiatan tersebut di laksanakan pada Rabu (15/5)  mulai dari pukul 07.00 – 12.00 yang diikuti oleh seluruh siswa kelas VII dan VIII beserta Guru dan Pegawai bertempat mulai dari halaman, ruang Ketrampilan/aula hingga ruang kelas siswa. Mengawali kegiatan adalah Upacara di halaman madrasah yang dikemas dalam nuansa Jawa dimana pada Upacara tersebut seluruh siswa Guru dan Pegawai menggunakan baju adat Jawa demikian pula tata cara pelaksanaannya.

 Menurut Kamad Rita Astuti, S.Pd yang ditemui usai pelaksanaan upacara, berbagai kegiatan tersebut selain guna turut menyemarakkan hari jadi Sleman juga sebagai sarana untuk mengingatkan kembali tradisi luhur para pendahulu kita khususnya kepada seluruh siswa. Karena dibalik penggunaan baju Jawa terkandung makna filosofi  yang sarat budi pekerti dan relevan jika dikaitkan dengan pendidikan Karakter sebagaimana saat ini di canangkan oleh Pemerintah seperti sikap santun, rendah hati, serta menghargai/ menghormati baik diri sendiri maupun orang lain  yang kemudian tertuang dalam ungkapan “Ajining diri dumunung ana ing lathi lan ajining salira dumunung ana ing busana”. Sehingga diharapkan melalui penggunaan baju Jawa itu pula para Remaja/generasi muda tidak melupakan budayanya ditengah gempuran teknologi modern seperti saat ini yang jika tanpa filter maka akan mampu merusak tatanan sosial sebagai makhluk yang bermoral dan ber’etika.

Oleh karena itu pula guna lebih memberikan pemahaman terkait budaya Jawa tersebut kepada siswa maka usai upacara kita laksanakan kegiatan SUNUR (Sungkeman dan Janur /pembuatan ketupat) , karena seperti halnya baju Jawa Janur/Ketupat bukanlah sekedar sebagai kemasan makanan biasa, akan tetapi didalamnya juga mengandung suatu makna yang terkait erat dengan pelaksanaan puasa sebagaimana saat ini kita jalankan bersama. Oleh karena itulah mengapa  hidangan ini lazim terdapat diberbagai tempat ketika hari raya Idul Fitri tiba, hal-hal seperti ini mungkin saja tidak diketahui siswa oleh karena itu lah sebelum kita ajarkan cara membuatnya kita sampaikan pula kepada siswa tentang  makna filosofi ketupat tersebut.

Termasuk sungkeman, budaya yang didalamnya mengajarkan bakti kita kepada orang tua juga mulai dilupakan para remaja, oleh karena itulah kita mendukung penuh arahan Pimpinan khususnya Kemenag Sleman untuk melestarikan semua budaya tersebut melalui  kegiatan SUNUR ini yang kebetulan momentnya bertepatan dengan peringatan hari jadi Sleman. Sementara terkait pengajian Orang Tua Wali siswa Rita Astuti mengatakan sekaligus sebagai sarana untuk menyamakan persepsi karena kebetulan pada akhir bulan puasa 1440 H ini seluruh siswa akan melaksanakan PAT/Penilaian Akhir Tahun sehingga tentunya perlu perhatian tersendiri agar di tengah melaksanakan ibadah puasa anak-anak kita tetap dapat fokus belajar terlebih PAT merupakan ujian yang turut menentukan kenaikan kelas siswa itu sendiri sehingga kita harapkan jangan sampai siswa terlena oleh kegiatan bermalas- malasan dengan alasan puasa dsb yang pada akhirnya menjadikan PAT nanti tidak berjalan optimal demikian dikatakan Rita Astuti pada akhir penjelasannya. (EB/mazjoz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *