Keajaiban di Pagi Hari, karya Yelita Ega Safira
Di sebuah desa yang bernama Desa Cakrasido, hiduplah seorang perempuan yang bernama Niana Mikesha Queeneisya, ia sering dipanggil Niana. Niana tinggal di Desa Cakrasido sudah beberapa bulan yang lalu. Niana tinggal bersama ibunya, Niana tidak memiliki adik ataupun kakak, Niana anak tunggal yang ditinggal ayahnya pergi untuk selamanya. Niana baru duduk di bangku kelas satu sekolah menengah pertama. Niana memiliki wajah yang sangat cantik seperti bidadari, Niana juga memiliki otak yang cukup pintar. Niana seorang anak yang pendiam, dia jarang sekali untuk keluar rumah. Niana lebih suka menghabiskan waktunya di dalam rumah daripada bermain di luar rumah. Beda halnya dengan ibunya, yang bernama Yola. Sang ibu sering melakukan kegiatan di luar rumah. Ia adalah salah satu emak desa yang super aktif dalam kegiatan sosial di desa.
Setiap pagi, setelah sang ibu membuatkan Niana sarapan pagi, ia akan pergi berangkat bekerja. Ibu Niana bekerja sebagai karyawan di toko butik. Sementara itu, Niana bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Ia menyiapkan bekal dan berangkat sekolah menggunakan sepedanya. Niana sudah terbiasa hidup mandiri sejak kecil, karena ia tidak mau menyusahkan sang ibu. Tetapi Niana merasa dia sudah menyusahkan ibunya selama ini, karena itu Niana ingin melakukan semuanya sendiri yang ia bisa dan yang tidak ia bisa, Niana akan belajar sampai bisa melakukannya sendiri.
Sepulang dari sekolah, Niana langsung pulang kerumah. Niana tidak seperti anak-anak yang lain. Mereka pulang sekolah pasti bermain terlebih dahulu. Beda halnya dengan Niana, ia harus langsung pulang kerumah, ia ingin membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah seperti menanak nasi, membersihkan dan membereskan rumah, dan mencuci piring dan pakaian. Tidak lupa ia juga memasak makanan, seumuran Niana jarang sekali yang sudah bisa memasak sayuran dan yang lainnya. Semua yang di lakukan Niana itu bukan suruhan dari ibunya. Niana memang ingin membantu ibunya. Agar saat ibunya pulang kerja, ibunya langsung makan dan bersiap-siap untuk beristirahat kemudian tidur. Hari-hari yang dilakukan Niana sangat melelahkan. Tetapi ia mengerti memang seharusnya ia membantu ibunya. Niana sangat bersyukur masih memiliki ibu yang sangat baik.
Hari Minggu telah tiba, Niana membuka jendela kamarnya dan tersenyum saat matahari bersinar cerah. Niana cepat-cepat membereskan tempat tidurnya dan membersihkan kamarnya. Setelah selesai bersih-bersih, Niana pergi keluar dari kamarnya. Niana berjalan menuju ke dapur untuk bersarapan. Di atas meja makan yang berada di dekat dapur, Niana mendapati beberapa sayuran dan lauk pauk yang tersusun rapi diatas meja makan. Ini semua jelas ibunya yang menyiapkannya. Tetapi seperti biasa Niana tidak mendapati ibunya di sana. “Huh… pasti Ibu sudah pergi.” Kata Niana dengan ekspresi yang sedikit kecewa. Meskipun dihari liburnya, ibunya tidak dirumah. Yola meninggalkan rumah setelah selesai membuatkan Niana sarapan, Yola pergi untuk berpatisipasi dalam kegiatan sosial di desa. Beda halnya dengan Niana, di hari liburnya Niana menghabiskan waktunya di rumah saja. Niana akan membaca buku-buku favoritnya dan melakukan hal hal yang membuat Niana tidak merasa bosan.
Hari-hari berikutnya berlalu, Hari dimana ibu Niana tidak berangkat kerja karna sakit. Meskipun sedang sakit, Yola tetap harus membuatkan sarapan. Tidak lama kemudian Niana pergi untuk bersarapan tetapi sarapan hari ini berbeda. Niana sarapan yang ditemani oleh ibu tercintanya. “Ibu tidak berangkat kerja?.” Kata Niana dengan wajah yang begitu penasaran. “Ibu sedang tidak enak badan, jadi Ibu izin untuk tidak berangkat kerja.” Jawab ibu dengan suara yang cukup lemas. Mendengar jawaban sang ibu, Niana kembali bertanya dengan wajah yang sangat khawatir, “Ibu… mau Niana temani pergi ke Puskesmas?? Niana izin sekolah saja untuk menemani Ibu di Rumah.” Tanya Niana. Semoga saja ibunya mengizinkannya untuk izin ke Sekolah agar dia bisa menemani Ibunya. “Tidak usah Nak, Niana berangkat ke sekolah saja.. Ibu ini hanya kecapekan tidak perlu pergi ke puskesmas, kayaknya nanti Ibu minum obat lalu beristirahat sudah sembuh.” Jawab Yola. Yola melarang Niana untuk tidak izin berangkat sekolah karena ia tidak mau merepotkan anaknya, Yola juga khawatir jika Niana nanti tertinggal pelajaran. Niana merasa kecewa karna jawaban ibunya, ia sangat khawatir jika meninggalkan ibunya yang sedang sakit dirumah sendirian. Tapi mau bagaimana lagi, Niana tidak dibolehkan oleh ibunya. Setelah selesai sarapan, Niana bergegas untuk berangkat ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Niana berpamitan pada ibunya. Wajah Yola tampak pucat dan lelah, tetapi dia selalu tersenyum pada Niana dan berkata, “Semoga suatu hari kamu dapat melihat keajaiban di pagi hari, sayang.”
Disepanjang jalan, Niana memikirkan tentang perkataan ibunya tadi pagi. Dia penasaran tentang apa yang dimaksud ibunya dengan “Keajaiban di pagi hari.” Dia membayangkan bahwa keajaiban itu pasti ada diluar rumah, di desa yang ia tinggali. Hari itu Niana memutuskan untuk menjelajahi desa, besok dihari liburnya.
Hari yang telah ditunggu-tunggu Niana pun tiba, Niana memikirkan rencana yang kemarin ia putuskan, bahwa hari ini ia akan menjelajahi desa yang ia tinggali selama ini. Saat Niana melangkah ke luar rumah, ia merasakan hembusan angin yang sangat segar dan matahari yang hangat.
Di sebelah rumah Niana, tinggal seorang tetangga yang ramah dan baik, tetangga itu bernama Abian Adiputra, ia sering dipanggil Abian. Abian sudah cukup tua, Abian berumur empat puluh tiga tahun. Abian adalah seorang petani yang selalu murah senyum dan dia suka membantu siapapun selagi ia bisa membantunya. Niana sudah cukup mengenal Pak Abian karena ia adalah orang yang menemaninya saat ibunya pulang malam. Saat itu Niana sendirian dirumah dan Pak Abian lah yang melihat Niana berada di depan rumah sendirian lalu Pak Abian menghampirinya, ia berbincang-bincang sampai ibunya datang.
Pak Abian melihat Niana di depan rumahnya, ia segera menghampirinya dan berkata “Nak Niana mau kemana?? Tumben pagi-pagi sudah keluyuran.” Tanya Pak Abian dengan suara khasnya yang sangat lembut. Lalu, Niana menjawab “Niana mau keliling desa Pak, sekalian olahraga pagi hehe…” Jawab Niana. “Kebetulan Pak Abian juga ingin jalan pagi.” Balas Pak Dito. Ia mengajak Niana untuk berkeliling desa bersamanya, Niana menganggukan kepalanya sebagai tanda ia setuju. Niana merasa terpukau oleh keramahan Pak Abian.
Mereka berjalan-jalan di sekitar desa, dan Niana mulai melihat keindahan yang selamaini dia lewatkan. Mereka melewati sawah hijau yang menguning karena panen. Mereka juga bertemu tetangga-tetangga yang ramah-ramah. Mereka memberinya senyuman hangat dan mengajaknya berbincang-bincang sebentar. Niana merasa gembira dan tak pernah mengira bahwa di luar rumah ada begitu banyak keindahan dan kebaikan.
Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan, di perjalanan terdapat sebuah sungai kecil yang mengalir dengan air jernih. Niana bahkan berhasil menangkap kupu-kupu yang terbang di dekatnya.
Selama perjalanan, Pak Abian juga memberitahu Niana tentang beberapa sejarah desa. Niana mulai merasa lebih dekat dengan alam dan dunia di luar rumahnya. Semua itu adalah keajaiban di pagi hari yang selalu ibunya bicarakan.
Saat matahari mulai terik, Niana berpamitan kepada Pak Abian dan kembali ke rumah dengan hati yang penuh kebahagiaan. Niana merasa telah melangkah keluar dari zona nyamannya dan mengalami petualangan yang luar biasa di desanya. Ketika sesampainya di rumah, Niana menceritakan panjang lebar tentang hari yang menyenangkan yang ia alami pagi tadi. Ibu Niana merasa sangat senang mendengar putrinya berani keluar rumah dan mengeksplorasi desa.
Niana dan ibunya duduk bersama di teras rumah, saat matahari mulai terbenam. Mereka menikmati indahnya langit senja dan Niana merasa bahwa keajaiban ini bukan hanya tentang pemandangan, tetapi juga tentang momen berharga bersama orang yang kita cintai maupun orang yang baru kita kenal.
Di kejadian itu, Niana mulai lebih sering keluar rumah dan bermain bersama tetangga-tetangganya. Dia menyadari bahwa di desa kecil mereka, terdapat keajaiban dipagi hari yang selalu ada, cukup bagi siapa saja yang melihat dan menikmatinya.
Tak terasa waktu berlalu dengan sangat cepat, Niana dan ibunya selalu menikmati keindahan desa mereka bersama. Mereka sering berjalan-jalan bersama, menikmati matahari terbit yang memancarkan kehangatan dan keindahan desa yang indah. Hubungan antara Niana dan ibunya semakin erat dan mereka merasakan keajaiban setiap hari dalam kedekatan keluarga mereka.